Kementerian Kesehatan RI yang diwakili oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menghadiri program pertemuan monitoring dan evaluasi penurunan stunting di Provinsi Bali yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Acara ini diikuti oleh total 82 peserta, dibuka dengan laporan panitia oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Bali, I Made Suwitra, SKM, M.Si. yang berlangsung selama 2 hari dimulai pada tanggal 30 Desember 2023 - 1 Desember 2023. Acara ini diselenggarakan untuk mengevaluasi kembali terkait upaya penurunan stunting di Provinsi Bali dengan beberapa hal yang diteliti.
Saat ini prevelansi stunting Bali berada di angka 10,9% dan dalam setahun Bali turun sekitar 2,9%. Namun, Provinsi Bali sendiri menargetkan untuk dapat mencapai 6,15%. “Sesuai dengan usulan Bapak Presiden, target prevelansi stunting tahun 2024 adalah 14%. Memang Bali sudah pada angka yang sangat aman. Namun, masih terus kita turunkan. Kalau Provinsi Bali, tahun 2024 menargetkan 6,15% yang jauh dari target nasional. Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon dukungan dari bapak bupati dan seluruh pemangku kepentingan di Bali,” ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Bali, I Made Suwitra, SKM, M.Si.
Pada data yang sudah diberikan, Provinsi Bali masih perlu meningkatkan dalam proses screening anemia pada remaja putri, kunjungan pada posyandu yang minimum, pola gizi pada anak dan data kehamilan yang tidak diinginkan yang belum dipenuhi. Pada screening anemia target 78% dan yang mencapai target hanya Kabupaten Bangli. Selain itu data kota yang belum mencapai target untuk kategori rerata balita yang belum ditimbang adalah Jembrana, Badung, Bangli, Karangasem dan Buleleng. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M. Kes. berharap bahwa kota-kota tersebut dapat meningkatkan kembali kinerjanya agar dapat mencapai target.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M. Kes. juga menegaskan puskesmas dinyatakan hanya boleh menangani anak-anak gizi buruk, gizi kurang dan underweight. Jika sudah ada rujukan dari puskesmas anak tersebut adalah anak stunting, maka harus ditangani langsung oleh rumah sakit. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali itu juga menyatakan bahwa penanganan bagi anak-anak stunting itu sulit sehingga rumah sakit harus bertindak. “Itu harus ditangani dengan baik oleh rumah sakit. Pencegahan stunting itu 80% bisa berhasil, namun begitu udah stunting penanganannya hanya (memiliki peluang) 20%. Maka begitu masuk rumah sakit itu kontribusi hanya 20% untuk anak kembali normal,” jelas Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M. Kes., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Meski sudah mencapai target, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M. Kes. berharap bahwa Provinsi Bali tetap mempertahankan prevelensi stunting saat ini. Selain itu, ia juga menegaskan untuk lebih meningkatkan lagi capaian intervensi spesifik dan sensitif bagi wilayah-wilayah serta kategori yang belum mencapai target. Pemantauan ini juga berlaku pada 4 pilar Pelaksanaan Strategi Nasional (PPS) Provinsi Bali per kabupaten kota.
©2023 Sekretariat Pembinaan Wilayah, Kementerian Kesehatan
Tim Kerja Manajemen Implementasi Kebijakan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan